Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
18 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
2
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
19 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
3
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
15 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
4
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
13 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
5
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
15 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
6
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
13 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Di Labschool, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Membandingkan antara Google dan Guru

Di Labschool, Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Membandingkan antara Google dan Guru
Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta, saat memberikan pemaparan dihadapan ratusan pelajar. (Legislatif.co)
Selasa, 08 Maret 2016 12:37 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
JAKARTA- Wakil Ketua MPR Oesman Sapta mensosialisasikan 4 Pilar MPR kepada ratusan siswa sekolah Labschool Rawamangun, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, dirinya juga membahas banyak hal, termasuk perbandingan antara kecanggihan otak guru dengan google, Selasa (08/03/2016).

Dalam sosialisasi 4 Pilar tersebut, karena audiensinya adalah para pelajar maka Oesman Sapta menggunakan metode yang lebih cair. Di depan ratusan pelajar Oesman Sapta merasa senang bisa memberi sosialisasi di Labschool. "Di sini saya menemukan banyak kelebihan," sambutnya.

Dalam kesempatan itu Oesman Sapta mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa peserta sosialisasi, pertanyaan yang diajukan adalah, apakah Pancasila adalah sebagai dasar negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi, NKRI sebagai sebagai bentuk negara, Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa dan negara.

Semua pertanyaan itu dijawab secara serempak oleh seluruh siswa dengan mengatakan, "betul".

Selanjutnya Oesman Sapta menceritakan pengalaman saat sekolah. Bagi Oesman kecerdasan adalah suatu yang penting untuk dimiliki para pelajar. Diharapkan para pelajar jangan sampai terlibat narkoba.

"Kita semua di sini anti narkoba," tegas Oesman Sapta. Bagi Oesman Sapta kenakalan yang terjadi harus menjadi perhatian guru. Diharapkan guru dan murid saling menghormati.

Diakui Oesman Sapta, saat ini terjadi degradasi nilai-nilai kebangsaan. Salah satu bukti lunturnya nilai-nilai kebangsaan adalah terjadinya tawuran antar pelajar yang terjadi di manapun.

Lebih lanjut dipaparkan saat ini kita berada dalam abad dunia teknologi di mana dengan hanya membawa handphone kita bisa mengetahui isi dunia. "Dulu murid menanyakan semua hal kepada guru, sekarang murid bisa menanyakan semua hal dengan melihat google," tukasnya.

Menurut Oesman Sapta, google bisa memberi rujukan baik bersifat positif maupun negatif. Hal demikian diakui oleh Oesman Sapta dalam beberapa hal mengkawatirkan. "Jika guru selalu memberi rujukan yang positif namun tidak dengan google," paparnya.

Menurutnya, google akan memberi jawaban semua yang diinginkan. Dicontohkan di google tidak hanya memberi tahu siapa penemu bom namun bagaimana merakit bom juga bisa diunduh. Hal inilah yang bisa memicu orang bisa melakukan tindakan yang berbahaya. "Hal demikian tentu lain dengan guru yang tidak akan memberi sesuatu hal yang membahayakan. Guru melarang murid menjadi teroris," tegasnya.

Mengenai hal tersebut, Oesman berharap, agar kita harus bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan teknologi. "Efek atas teknologi harus disikapi dengan baik," paparnya.

Tidak hanya soal teknologi yang dikritisi Oesman Sapta, masalah masuknya budaya barat yang belum tentu cocok dengan kita pun diingatkan kepada para siswa. Oesman Sapta mengutip pendapat salah satu dutea besar Indonesia bahwa kita harus merubah mindset soal budaya. "Jangan membawa budaya lama sebab orang tak mengenal budaya lama. sekarang orang mengenal budaya baru," paparnya.

Ia mengartikan tuntutan dunia internasional adalah sesuatu budaya yang maju ke depan dan kecanggihan teknologinya menjangkau ke depan."Ini yang harus dicamkan oleh anak-anak labschool akan arti penting teknologi," kata Oesman Sapta.

Menurutnya pendidikan itu bukan hanya feeling dan insting tapi juga rasio. Dirinya bangga dengan labschool. sekolah yang modern yang komunikasi antara murid dan guru hidup. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/