Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Protes Resmi Tim U-23 Indonesia Terkait Kepemimpinan Wasit
Olahraga
3 jam yang lalu
Protes Resmi Tim U-23 Indonesia Terkait Kepemimpinan Wasit
2
Selebritas Tanah Air Turut Berduka Berpulangnya Babe Cabita
Umum
3 jam yang lalu
Selebritas Tanah Air Turut Berduka Berpulangnya Babe Cabita
3
Vokalis Firehouse, CJ Snare Meninggal Dunia
Umum
3 jam yang lalu
Vokalis Firehouse, CJ Snare Meninggal Dunia
4
Billie Eilish Rilis Album Ketiga
Umum
2 jam yang lalu
Billie Eilish Rilis Album Ketiga
5
Robert Downey Jr Akan Kembali sebagai Iron Man
Umum
3 jam yang lalu
Robert Downey Jr Akan Kembali sebagai Iron Man
6
Ammar Zoni Rayakan Lebaran di Penjara Tanpa Kehadiran Keluarga
Umum
2 jam yang lalu
Ammar Zoni Rayakan Lebaran di Penjara Tanpa Kehadiran Keluarga
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Ada Secercah Cahaya Dibalik Muramnya Wajah Pendidikan di Sokop Meranti

Ada Secercah Cahaya Dibalik Muramnya Wajah Pendidikan di Sokop Meranti
Jum'at, 09 September 2016 22:33 WIB
Penulis: Safrizal
SELATPANJANG - Alokasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) sebesar 20 persen untuk pendidikan sepertinya belum maksimal di Kepulauan Meranti, Riau. Pasalnya kesenjangan pendidikan cukup terasa dan terlihat jelas. Dimana, masih banyak pula sekolah-sekolah yang memang harus mendapatkan perhatian ekstra. Salah satunya seperti di Desa Sokop Kecamatan Rangsang Pesisir, Kepulauan Meranti, Riau.

Di Desa Sokop hanya ada sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Itu pun masih sistem sekolah satu atap SDN 12 dan SLTP digabung menjadi satu.

Kepala Sekolah satu atap, Sutrisno, mengatakan bahwa di Dusun I Sokop ada sekolah SD dan SLTP. Dimana hanya ada 6 lokal, itu pun tiga diantaranya dalam kategori rusak parah. Lantai sekolah memang sudah seharusnya direhab atau di cor ulang.

Untuk sekolah dasar, kata Sutrisno juga, dibangun sekitar tahun 1975. Sedangkan SLTP ada di Sokop pada tahun 2007 lalu.

Tak cukup menderita pada sarana dan prasarana pendidikan, sekolah yang mempunyai 215 siswa itu juga kekurangan guru. Dimana, tambah laki-laki yang sudah 23 tahun mengabdi di Sokop itu lagi, mereka hanya memiliki guru pegawai sebanyak 3 orang, itu pun satu diantaranya merupakan K-II tahun 2015 lalu. Selain itu, mereka juga ada 3 orang guru honor daerah dan 5 orang guru komite.

"Hanya itu kemampuan kami. Jika harus menambahkan guru honor lagi, kami tak punya dana," ujar Sutrisno.

Derngan kekurangan ruangan, serta kekurangan guru, bertambah pula masalah baru. Dimana, cerita Sutrisno lagi, beberapa tahun silam ada lagi murid-murid yang baru masuk sekolah dari Dusun IV Bandaraya. Sutrisno mengaku mereka mulai kewalahan menampung siswa. Di saat mencari solusi itu pula, rupanya jarak antara Dusun Bandaraya dengan Dusun I Sokop sangat jauh, yaitu sekitar 7KM. Sehingga, tak sedikit orang tua siswa meminta diadakan lokal jauh.

Permintaan lokal jauh itu belum bisa dijawab dengan pasti oleh pihak sekolah satu atap. Sebab, jika mengirimkan gurunya mengajar di Dusun IV Bandaraya, Sekolah Induk Satu Atap akan kekurangan (guru, red). Sementara kalau tidak diadakan lokal jauh, puluhan anak-anak suku akit itu susah mendapatkan hak mereka yaitu wajib belajar.

Rupanya permasalahan pendidikan di Dusun IV Bandaraya Sokop terdengar dan terlihat langsung oleh salah seorang honorer, Riyati, yang saat itu mengajar di Desa Repan Kecamatan Rangsang. Merasa prihatin atas pendidikan di sana, Riyati mulai membagi waktu antara mengajar dan mengurus keluarga. Riyati yang pada pagi hari harus mengajar di Repan meluangkan waktu sore nya untuk mengajar anak-anak suku akit di Bandaraya Sokop.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/09092016/harapan2jp-5134.jpg

Aktivitas tersebut dilakoninya mulai tahun 2014 (hingga sekarang, 2016). Dengan memanfaatkan balai pertemuan berwarna putih berukuran sedang, Riyati mulai memanjakan anak-anak suku akit dengan pelajaran sekolah dasar. Dengan pakaian yang tak menyerupai sekolah layaknya di perkotaan, anak-anak Bandaraya tak ada rasa malu. Rasa ingin belajar yang tinggi akhirnya memberi semangat tersendiri bagi Riyati.

Riyati yang ditemui langsung GoRiau mengaku prihatin dan ikhlas tidak digaji waktu itu. Karena, Riyati percaya jika sesuatu dilakukan karena Allah, pasti akan diberikan pula jalan terbaik oleh sang pencipta.

Aktivitas membagi waktu mengajar, pagi, sore dan waktu untuk keluarga dilakoni Riyati selama lebih kurang 2 tahun, yaitu tahun 2014 dan tahun 2016.

"Saya yakin kalau sudah ada yang buka (lokal jauh, red) pasti banyak yang akan membantu nantinya. Apapun yang saya lakukan karena Allah, dan karena itu pula saya yakin Allah akan memberikan jalan terbaik," ungkap Riyati kepada GoRiau.

Di sela kesibukannya harus ke Desa Repan untuk mengajar (menggunakan sepeda motor, dengan jarak yang begitu jauh, red) rupanya Riyati mulai tak kuat. Terutama dengan kondisi sekarang, kesehatannya sering terganggu. Riyati berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait perihal kesehatannya yang sering terganggu itu.

Allah membuka jalan, tahun 2015 lalu Riyati lolos seleksi K-II dan saat ini berstatus CPNS. Dengan ini pula, Riyati yang berasal dari Desa Tebun akhirnya pindah ke Desa Sokop dengan Nota Dinas dari Disdikbud Kepulauan Meranti. Riyati kini menetap di Dusun Bandaraya bersama suami dan anaknya.

Hari-harinya dihabiskan dengan anak-anak Suku Akit yang mayoritasnya masih menganut kepercayaan Animisme.

Secercah Cahaya Mulai Menerpa

Allah tidak tidur. Setidaknya kata-kata ini menjadi bukti tersendiri bagi sejarah pendidikan lokal jauh di Desa Sokop, Kepulauan Meranti. Dengan semangat belajar yang tinggi, dan adanya guru yang begitu ikhlas membagi ilmu dan waktu kepada siswa, akhirnya bantuan mulai berdatangan.

Tahun 2015 lalu, perwakilan PKPU Riau di Pekanbaru mensurvei lokasi di Dusun Bandaraya, untuk mengajukan bantuan pembangunan sarana dan prasrana pendidikan.

Pengawas lapangan PKPU Riau Dasuki, ketika ditemui GoRiau mengaku awal mulanya masuk ke Dusun Bandaraya Sokop ini atas rekomendasi Yayasan Fitrah Madani, Kepulauan Meranti. Dimana, saat itu ada 33 wilayah suku akit binaan Yayasan Fitrah Madani diajukan ke PKPU Riau.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/09092016/harapan3jp-5135.jpg

"Mendapat rekomendasi dari Yayasan Fitrah Madani kita langsung turun survei. Setelah kita lihat layah, langsung kita ajukan ke PKPU Pusat untuk bangunan sekolah," ujar Dasuki.

Gayung bersambut. Usai pengajuan akhir tahun 2015 lalu, PKPU Pusat langsung merespon. PKPU Pusat langsung merealisasikan pembangunan ruang sekolah sebanyak 3 lokal. Waktu itu pengerjaan dimulai Bulan Maret 2016 dan selesai akhir Idul Fitri 1437 H. "Ada masalah dalam pasokan material, target selesai pembangunan ini sedikit molor," ujar Dasuki lagi.

Saat ini di Dusun Bandaraya Sokop itu sudah dibangun 3 ruangan semi permanen untuk lokal jauh, dilengkapi meja kursi, buku panduan guru dan MCK.

"Karena saat survei kita melihat kekurangan guru, sejak awal 2016 kita kirim 2 orang guru," tambah Dasuki lagi.

Dua orang guru yang dimaksudkan Dasuki itu rupanya perempuan yang bukan berasal di Kepulauan Meranti. Mereka adalah Siti Kurniawati asli Medan dan Kitty Andriani Rohul. Kedua perempuan berjilbab itu terpilih dan dikirim ke Dusun Bandaraya Sokop melalui program Dedikasi untuk Negeri Program Jendela pengetahuan. Saat ini Siti dan Kitty masih berada di Bandaraya, mereka sudah menetap di sana selama 8 bulan terakhir.

Selain Sity dan Kitty, lokal jauh ini juga dapat tambahan dua orang guru bantu. Keduanya juga perempuan yang berasal dari organisasi Dompet Duafa, yaitu Mifta Hurrahmi dan Cut Agusvina Sumarti. Kedua guru dari Dompet Duafa ini datang dan mengajar di Bandaraya sejak awal Agustus 2016.

"Salah kalau orang bilang anak-anak daerah terpencil seperti ini minat belajarnya kurang. Malah, di sini pukul 05.30 WIB mereka sudah ada yang sampai di sekolah," kata Siti kepada GoRiau.

Sementara untuk kendala, tambah Siti, anak-anak suku Akit Desa Sokop ini tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Mereka berkomunikasi dengan logat suku akit. "Malah saat disuruh membuat nama-nama pohon, mereka menggunakan bahasa tempatan. Tapi, perlahan-lahan kita tempa mereka," ujar Siti pula.

Selain mendapat 3 lokal semi permanen berukuran 5 x 6 meter, Kamis (8/9/2016) siang sekolah ini juga dapat bantuan dari PKPU Pusat berupa buku paket pejaran, laptop untuk guru, dan lemari guru. Bantuan itu dibawa langsung oleh perwakilan PKPU Pusat yang bernama Abuzar Alghifari. Bantuan langsung diserahkan ke pihak sekolah yang diterima langsung Kepala Sekolah Sutrisno dan Kades Sokop Udir.

Menurut Udir, setelah Idul Adha 1437 H nantinya, sekolah yang hanya ada 49 murid (kelas satu 12 siswa, kelas dua 9 siswa, dan kelas tiga 28 siswa, red) kembali mendapat satu unit bangunan dari Dompet Duafa. Banguna berukuran sekitar 7 x 8 itu akan menyambung pembangunan dari PKPU Pusat. Ruangan itu nantinya akan digunakan untuk perkantoran majelis guru. Saat ini sedang proses pemasokan bahan bangunan.

Pada kesempatan yang sama juga dilakukan pemotongan pita tanda diresminya penggunaan gedung sekolah lokal jauh dan peletakan prasasti.

Sebelumnya, Abuzar mewakili PKPU Pusat mengaku bahwa mereka sudah banyak membantu dunia pendidikan di daerah terpencil. Bekerjasama dengan BPN Paribas Pesona Syariah di beberapa daerah di Indonesia. Rata-rata daerah di Indonesia memang terlihat adanya kesenjangan di dunia pendidikan. Namun, pesannya, jangan pula hal ini mematahkan semangat untuk menempa generasi muda menjadi generasi yang siap bersaing. "Keadaan ini terjadi di tiap daerah, namun ini bukan jadi penyebab untuk kita menyerah, apalagi di sisi pendidikan," semangat Abuzar kepada orang tua siswa.

Ia berpesan, masyarakat Bandaraya harus menjaga apa yang telah diberikan untuk lokal jauh SDN 12 Sokop ini. Sebab, kalau respon dari semua pihak dianggap baik, mereka akan mencoba merekomendasikan lokal jauh ini ke LSM maupun organisasi lain yang peduli pendidikan. "Tolong sama-sama menjaga. Kami akan evaluasi, siswa tidak boleh bolos ketika proses belajar mengajar dimulai, jaga bangunan dan asetnya. Kepada orang tua, tolong jangan bawa anak-anak untuk memancing atau bekerja lainnya. Biarkan mereka menuntut ilmu. Kita berharap dari Dusun Bandaraya ini kedepannya lahir tokoh-tokoh hebat," ungkap Abuzar pula.

Rehab Ratusan Lokal Tahun 2016 Ditunda

Kondisi kesenjangan dunia pendidikan di Dusun Bandaraya Sokop rupanya juga mendapat perhatian langsung dari Ketua Komisi C DPRD Kepulauan Meranti, Ardiansyah. Laki-laki yang akrab dipanggil Bang Jack itu turun dan melihat langsung kondisi lokal jauh SDN 12 Sokop bersama perwakilan dari PKPU Pusat dan PKPU Riau di Pekanbaru.

Menanggapi berbagai permasalahan seperti rehab ruang kelas, dan ketersediaan guru-guru, Ardiansyah mengaku sudah menjadi pembahasan serius antara Komisi C dengan Disdikbud Kepulauan Meranti. Namun, untuk pembangunan atau rehab ruang kelas tahun 2016 ini terpaksa dipending mengingat banyaknya pengurangan anggaran (rasionalisasi dari pemerintah pusat, red).

"Kalau amanat UU tentang 20 persen APBD untuk pendidikan telah dilakukan. Namun, tahun ini rehab ratusan ruang kelas terpaksa dipending," kata Ardiansyah.

Sementara untuk kekurangan guru, tambah Ardiansyah, sudah pula dibahas dengan Disdikbud Meranti. Tak hanya di Sokop, beberapa daerah di Meranti juga mengalami kekurangan guru. Bahkan, untuk mengetahui tentang kondisi terkini di semua sekolah, Komisi C DPRD Meranti telah menyurati seluruh kepala desa untuk melaporkan (kondisi) sekolah di tempat masing-masing. "Anehnya, dari 101 desa kelurahan, kepala desa yang merespon kurang dari 10. Kita tidak tahu apakah surat yang dikirim melalui camat itu tidak sampai atau bagaimana," ujar Ardiansyah.

"Kita butuh data itu, omong kosong kalau orang bisa membangun tanpa data," tambahnya.

Ardiansyah mengaku untuk masalah pendidikan, tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Masalah pendidikan ini perlu dukungan dari pemerintah kabupaten, provinsi, dan pusat. Selain itu, juga perlu adanya dukungan dari NGO-NGO dan yayasan yang peduli akan dunia pendidikan. "Seperti PKPU yang hadir hari ini, kita mengucapkan terima kasih. Memang harus dikeroyok dan sama-sama memperhatikan dunia pendidikan," kata Ardiansyah juga.

Ardiansyah juga mengaku apapun yang telah disampaikan pihak sekolah, dan pihak desa, ini akan menjadi catatan penting bagi Komisi C DPRD Kepulauan Meranti. Ardiansyah mengajak seluruh masyarakat agar sama-sama bahu membahu seraya berdoa agar kondisi keuangan Indonesia kembali normal pada tahun mendatang, tahun 2017. Sehingga, pembangunan dunia pendidikan tetap menjadi prioritas Pemda Kepulauan Meranti.

Setidaknya itu lah secercah cahaya yang dibawakan PKPU dan Dompet Duafa di balik muramnya wajah pendidikan di Kepulauan Meranti, Riau. Semoga kedepannya ada banyak pihak-pihak lainnya yang ikut menyinsingkan lengan mengatasi permasalahan kesenjangan dunia pendidikan, kapanpun dan dimanapun.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/