Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
22 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
2
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
22 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
3
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
16 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
4
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
18 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
5
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
18 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
6
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
16 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
Home  /  Berita  /  Internasional

Di Tengah Pandemi Corona, Dokter Gigi Lakukan Penembakan Brutal di Kanada, 13 Orang Tewas

Di Tengah Pandemi Corona, Dokter Gigi Lakukan Penembakan Brutal di Kanada, 13 Orang Tewas
Suasana pasca penembakan brutal di Nova Scotia, Canada. (antaranews)
Senin, 20 April 2020 09:03 WIB
PORTAPIQUE - Seorang pria terkonfirmasi bernama Gabriel Wortman (51), melakukan aksi penembakan brutal di Provinsi Nova Scotia, Kanada, Sabtu (18/4/2020) malam. Sedikitnya, 13 orang dilaporkan tewas akibat penembakan di tengah pandemi virus corona tersebut.

Pria yang disebut berprofesi sebagai dokter gigi tersebut mengamuk beberapa jam. Salah satu korban meninggal adalah polisi wanita. Demikian menurut otoritas, Ahad (19/4).

Penembakan brutal yang merenggut nyawa belasan orang itu merupakan pembunuhan massal tersadis dalam lebih 30 tahun di Kanada.

Dikutip dari Antaranews yang melansir dari Reuter, Royal Canadian Mounted Police (RCMP) mengungkapkan, pelaku, Gabriel Wortman, muncul menggunakan segaram polisi. Pria itu juga berupaya untuk menyamarkan mobilnya agar mirip dengan mobil polisi.

Wortman menembaki orang-orang di sejumlah lokasi di Provinsi Atlantik, kata polisi saat konferensi pers  serta menyebutkan jumlah korban tewas lebih dari 10 orang. Kepala RCMP nasional, Brenda Lucki, lantas mengatakan kepada Canadian Broadcasting Corp bahwa Wortman telah membunuh sedikitnya 13 orang.

Polisi menambahkan pihaknya mampu menghentikan ancaman Wortman, yang tewas, namun tidak akan mengonfirmasi laporan jaringan CTV bahwa RCMP berhasil menembaknya.

Salah satu pejabat RCMP yakni veteran Heidi Stevenson, turut menjadi korban dalam insiden tersebut.

Menurut polisi, tidak ada kaitan antara Wortman dengan para korbannya dan pihaknya belum tahu apa yang menjadi motivasi si pelaku.

''Hari ini menjadi hari yang menyedihkan bagi Nova Scotia, dan kejadian ini akan terus teringat di tahun-tahun mendatang,'' kata Lee Bergerman, komandan RCMP di Nova Scotia.

Penembakan ini menjadi yang tersadis di Kanada sejak pria bersenjata membunuh 15 perempuan di Montreal pada Desember 1989. Penembakan masal jarang sekali terjadi di Kanada, yang hukum tentang persenjataannya lebih ketat dibandingkan Amerika Serikat.

Nova Scotia, seperti wilayah Kanada lainnya, diperintahkan menerapkan kebijakan tetap berada di rumah akibat pandemi virus corona.

Polisi mendapati pembunuhan tersebut pada Sabtu (18/4) malam setelah adanya laporan penembakan di sebuah rumah di kota pesisir Portapique, sekitar 130 km utara ibu kota provinsi, Halifax.

''Begitu polisi tiba di TKP, anggota melacak sejumlah korban di dalam dan di luar rumah tersebut,'' kata Chris Leather, petugas operasi kriminal RCMP Nova Scotia.

Beberapa bangunan di kota itu terbakar dan polisi terlibat baku tembak dengan Wortman. Penyelidikan kemudian menemukan bahwa pelaku juga membunuh orang di sejumlah lokasi lainnya.

''Pada Sabtu malam, Wortman tampaknya menggunakan, jika tidak semua, sebagian seragam polisi,'' kata Leather.

Namun, ia tidak menjelaskan apakah pelaku menyamar sebagai polisi ketika mengeksekusi aksi sadisnya tersebut.

''Faktanya bahwa seseorang ini memiliki seragam dan mobil polisi, yang menunjukkan bahwa jelas ini bukan aksi tak disengaja,'' kata Leather.***

Editor:hasan b
Sumber:antaranews.com
Kategori:Hukum, Peristiwa, Internasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/