Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
23 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
16 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
19 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
11 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
11 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
16 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos

Lagi, Indonesia Impor 500.000 Ton Beras

Lagi, Indonesia Impor 500.000 Ton Beras
Rabu, 23 Mei 2018 04:07 WIB
JAKARTA - Pemerintah memutuskan mengimpor beras tambahan 500.000 ton hingga akhir Juli 2018. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, salah satu alasan penambahan kuota impor itu karena adanya perbedaan data antara Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Bulog.

Data Kemendag menyebut, stok beras di gudang Bulog menipis sementara data Kementan menyebut, stok beras Bulog 20 persen di atas batas minimal.

"Persoalannya sebetulnya datanya sendiri itu masih ada perbedaan antara satu instansi dengan yang lain. Padahal sudah sama-sama pakai peta digital, tapi tetap ada perbedaan," ujarnya di Jakarta, Selasa (22/5/2018).

Perbedaan data tersebut, kata Darmin, membuat pemerintah mengambil keputusan untuk membuka keran impor beras. Pasalnya, pemerintah tidak ingin mengambil risiko jika stok beras di pasar berkurang karena akan mendorong kenaikan harga dan mengganggu target inflasi.

Selain data, Menko menambahkan, pemerintah juga mempertimbangkan fenomena pergeseran panen raya. Menurut dia, panen raya tahun ini yang jatuh pada Maret-April berbeda dengan tahun lalu yang terjadi pada Februari-Maret. Mundurnya panen raya ini disebutnya berpotensi menghambat penyerapan gabah oleh Bulog. Padahal bulan Puasa sebentar lagi, sehingga konsumsi masyarakat akan meningkat.

"Nah, tahun lalu itu di Maret, kalau tahun sebelumnya di April. Tahun ini, sebagian di Maret sebagian di April. Artinya, ada perubahan-perubahan di dalam pola tanam dan itu membuat produksinya berubah, dia tidak mengikuti kurva yang biasa," kata Darmin.

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu mengatakan, serapan gabah oleh Bulog hingga saat ini belum maksimal karena baru mencapai 800.000 ton. Padahal, pemerintah meminta Bulog menyerap gabah dari petani hingga 2,2 juta ton hingga Juni 2018.

"Coba saja tanya berapa stok (beras) Bulog sekarang. ditambah impor, mungkin hanya 1,3 juta ton, dikurangi impor berapa mungkin 800.000 ton. Tugas yang tadinya kita harapkan bisa dicapai sampai Juni, itu pembelian Bulog 2,2 juta ton sampai Mei ternyata hanya 800.000 ton. Terus kamu mau apa dengan angka-angka itu?," kata Menko. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:inews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/