Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
20 jam yang lalu
Boy Pohan Berebut Tiket Wasit/Juri Tinju Olimpiade 2024 Paris
2
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
Olahraga
13 jam yang lalu
Mandiri 3X3 Indonesia Tournament 2024 Disambut Antusias di Medan
3
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
Olahraga
15 jam yang lalu
Kejutan, Aditya Tahan Remis Unggulan Pertama di Pertamina Indonesia Grand Master Tournament 2024
4
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
Olahraga
8 jam yang lalu
Pelita Jaya Jadi Tim Pertama Lolos BCL Asia, Coach Ahang Blak-blakan Terkait Persaingan di Next Round
5
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
Olahraga
8 jam yang lalu
UEA Dukung Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 FIFA 2027
6
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Olahraga
13 jam yang lalu
Duel Fisik dan Membaca Permainan Itu Keunggulan Sergio Ramos
Home  /  Berita  /  Riau

Sejarah Berdirinya Kerajaan Siak Sri Indrapura

Sejarah Berdirinya Kerajaan Siak Sri Indrapura
Istana Siak
Minggu, 29 Juli 2018 16:55 WIB
Penulis: Ira Widana
Kawasan pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura, akhirnya ditetapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI sebagai kawasan cagar budaya peringkat Nasional.

Perjuangan menjadikan Kota Siak sebagai cagar budaya Nasional dilakukan secara bertahap dan konsisten selama lebih dari dua tahun, di bawah arahan langsung Bupati Siak Drs H Syamsuar.

Kawasan cagar budaya pusat pemerintahan Siak Sri Indrapura saat ini dalam kondisi yang relatif baik dan terawat.

Awal mulanya berdiri Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada permulaan tahun 1622 M saat terjadi perselisihan di pemerintahan kerajaan Johor Sultan Mahmud Syah dua yaitu Sultan Johor yang merupakan ayahnda Raja Kecil dibunuh oleh Megat Sri Rahma sewaktu pulang dari salat Jumat.

Ada cerita Melayu yang lain menceritakan bahwa Sultan Mahmud dibunuh pada saat menuju ke masjid. Sedangkan Raja Kecil putra dari Sultan Mahmud Syah masih dalam kandungan ibunya yang bernama Cik Pung atau (Encik Pung) atau Encik Apung anak dari Datuk Laksamana kerajaan Johor.

Setelah Sultan Mahmud Syah mangkat Raja Johor diambil alih oleh Datuk bendahara Tun Hebab yang mengangkat dirinya sebagai raja di Kerajaan Johor dan memakai gelar Sultan Abdul Jalil Riayat Syah (1699-1719).

Pengangkatan dirinya sebagai Raja tidak mendapat dukungan dari beberapa pihak terutama dari pembesar kerajaan Johor yang masih setia kepada Sultan Mahmud Syah II, maka Sultan Abdul Jalil Riayat Syah (Tun Hebab) mengambil tindakan pembersihan di pusat Kerajaan dan di lingkungan istana.

Keluarga Sultan Mahmud Syah II dikejar dan dibunuh, termasuk pembesar kerajaan, dayang-dayang serta pengikut setia dengan maksud untuk menghilangkan keturunan Sultan Mahmud Syah II.

Tindakan yang dilakukan Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah ini bukanlah menambah kewibawaan dan kekuasaan tetapi sebaliknya timbul kebencian serta kekacauan di mana-mana di negeri Johor dan di daerah taklukannya.

Beberapa daerah taklukannya melepaskan diri dari Kerajaan seperti Indragiri, Kampar, Kedah, Kelantan Tenggano dan petani. Orang Minangkabau, Bugis yang hidup sebagai pengembara memusuhi Sultan termasuk orang-orang di petani.

Encik Apung, ibunda Raja Kecil dapat diselamatkan oleh Ayahanda Datuk Laksamana Johor dan dikeluarkan dari wilayah kerajaan Johor. Encik Apung melahirkan putranya di tempat yang dirahasiakan oleh Datuk Laksamana dan diberi nama Raja Kecil yang dipanggil Tuan Bujang.

Raja kecil dapat disembunyikan sampai berumur 7 tahun. Karena pengejaran terus dilaksanakan oleh Sultan Abdul Jalil Riayat Syah terhadap Raja Kecil sebagai pewaris Kesultanan Johor, maka Datuk Laksamana Johor kemudian dibantu oleh Raja negara di Singapura dan Datuk Tumenggung Muar menitipkan Raja Kecil dan ibunya kepada saudagar orang Minangkabau yang bergelar Nachoda Malim untuk dibawa ke Jambi kemudian terus ke Pagaruyung dan diserahkan kepada raja Pagaruyung Yang Tuan Sakti untuk mendapatkan perlindungan.

Setelah mendapatkan perlindungan dari Raja Pagaruyung, Raja Kecil tinggal di sana dan dididik, dibesarkan sebagai anak Raja sehingga mendapat pengetahuan mengenai pemerintahan agama adat istiadat kemiliteran dan beladiri. Hikayat Raja Kecil dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rachmat Syah dan keturunannya yaitu "Catatan Sultan Kasim II dan Tengku Pangran Jaya Setia", yang berisi antara lain:

Ya Ayahnda, kalau benar almarhum mangkat di Julang (Sultan Mahmud Syah II) ada meninggalkan seorang putra si Buyung namanya, Insyaallah akan tetuntut jua belanya. Maka Titah Baginda: Sabar engkau anakku, tetapi waktu ini Sabar kau dahulu habiskanlah segala tuntutan ilmu olehmu, baru Wakden lepaskan. Maka sembah Raja Kecil: sepanjang titah Patik junjung.

Setelah beberapa lama berada di Pagaruyung dan mendapatkan pendidikan yang cukup kemudian berkelana mengembangkan ilmu pengetahuan yang didapatnya. Raja Kecil pun menghadap Baginda Raja Pagaruyung dan memohon izin untuk menuntut balas atas kematian ayahnya terhadap Kerajaan Johor dan merebut kembali tahta kerajaan Johor.

Sesampainya di Bintan, Raja Kecil mendapatkan bantuan dari orang Melayu Bintan serta suku-suku laut di daerah tersebut. Orang Bugis yang dipimpin oleh Daeng Parani dan Daeng Celak menyatakan kesediaannya ikut membantu Raja Kecil sehingga dimufakati apabila penyerangan ini berhasil maka Raja Kecil akan menjadikan Daeng Parani menjadi yang dipertuankan muda di Kerajaan Johor.

Dalam persiapan penyerangan terhadap kerajaan Johor, Daeng Parani berangkat ke pesisir dan pulau-pulau untuk memperkuat pasukan. Daeng Parani meminta bantuan kepada orang-orang Bugis yang bermukim di pesisir.

Perjanjian antara Daeng Perani dan Raja Kecil untuk menyerang Johor tidak terlaksana karena pasukan Daeng Parani terlambat datang. Raja Kecil mendapat kabar bahwa orang-orang yang masih setia dengan Sultan Mahmud di Johor siap membantunya.

Dengan kedatangan Raja Negara dari Singapura ke Bengkalis yang mendapat berita bahwa Raja Kecil akan menuntut balas kepada singgasana kerajaan Johor maka diputuskanlah penyerangan terhadap Johor tidak perlu lagi menunggu kedatangan pasukan Bugis.

Pada tanggal 21 Maret 1717, tahta kerajaan Johor jatuh ke tangan Raja Kecil karena tidak adanya perlawanan yang sungguh-sungguh dari kerajaan Johor. Sultan Abdul Jalil Riayat Syah turun Tahta dan menyerahkan dirinya dengan datang kepada Raja Kecil tanpa senjata serta menerima nasibnya disebabkan tidak ada kesempatan untuk melarikan diri.

Raja Kecil tidak mau menghukumnya tetapi mengembalikan kedudukannya sebagai bendahara kerajaan Johor. Setelah kerajaan Johor dipimpin oleh Raja Kecil dan dibantu Datuk Bendahara rakyat Johor hidup sejahtera dan damai.

Datuk bendahara memiliki 5 orang anak, 2 putra yang bernama Tengku Sulaiman dan Tengku Abdul Rahman dan 3 orang putri bernama Tengku Tengah , Tengku Kamariah serta Tengku Mendek dari pernikahannya dengan Encik Nusamah yang semuanya tinggal di wilayah kerajaan.

Pemerintahan Raja Kecil tidak bertahan lama. Daeng Perani sangat marah dan dendam karena Raja Kecil telah melanggar perjanjian yang telah disepakati sebelumnya serta ditambah dengan hasutan Tengku Tengah yang semula ingin menjadi permaisuri kerajaan Johor namun gagal.

Saat melangsungkan pernikahan dengan Tengku Tengah, Raja Kecil melihat Tengku Kamariyah dengan tanpa alasan pernikahan Tengku Tengah dibatalkan dan akhirnya Tengki Teguh Kamariyah lah yang menjadi permaisuri kerajaan Johor.

Untuk membalas dendamnya Daeng Parani bersekutu dengan Tengku Sulaiman dan Tengku Tengah yang ingin membalas dendam terhadap penghinaan yang dilakukan Raja Kecil kepadanya karena membatalkan pernikahan dan menikahi adiknya. Daeng Parani, Tengku Sulaiman dan Tengku Tengah bersepakat untuk merebut kembali kekuasaan Raja Kecil di Johor.

Terjadilah perang saudara antara Raja Kecil dengan Tengku Sulaiman yang dibantu oleh Tengku Tengah dan Daeng Parani dengan pengikutnya orang-orang Bugis.

Tengku Tengah berhasil menculik istri Raja Kecil yaitu Tengku Kamariyah di rumah Ayahnda. Mendengar kabar bahwa istrinya diculik Raja Kecil marah dan memerintahkan pasukan untuk menyerang rumah bendahara tersebut dan mendapatkan istrinya kembali.

Dalam pertempuran ini masing-masing pihak berganti-ganti mendapatkan kemenangan tetapi akhirnya Raja Kecil kalah dan mundur ke Bengkalis, Riau untuk menyusun kekuatan baru menyerang kembali Johor.

Setelah mendapatkan informasi bahwa Raja Kecil berada di Bengkalis maka pasukan Tengku Sulaiman menyerang Bengkalis. Pada saat pertempuran yang terjadi di Riau yaitu untuk merebut kekuasaan Raja Kecil terhadap Riau, Tengku Kamariyah kembali berhasil diculik dan ditawan.

Kemudian tahun 1723 M Raja Kecil melakukan penyerangan ke Johor yaitu tepatnya di Bintan untuk membalas dendam dan merebut istrinya kembali. Raja Kecil berhasil menyelamatkan istrinya beserta pembesar kerajaan yang ditawan.

Raja Kecil kembali ke Bengkalis dan mencari daerah yang aman dari serangan orang luar dan mendirikan kerajaan baru yang terletak di Sungai Siak yaitu di kota Buatan.

Kerajaan ini diberi nama Kerajaan Siak, Raja Kecil dengan Kerajaan Siak ini menyusun kekuatan untuk menyerang Bintan serangan ini terus-menerus dilaksanakan hingga 1737 M.

Perang yang dilakukan bertahun-tahun dan saling bergantian menyerang membuat kedua kerajaan pewaris dari kerajaan Malaka ini miskin. Banyak yang terluka dan meninggal dunia, oleh karena itu mereka mengadakan perundingan damai antara Raja Kecil dan Raja Sulaiman, yang isinya sebagai berikut:

1. Kerajaan Johor Riau dibagi menjadi dua pulau - pulau Riau, Lingga, Johor, Singapura serta Pahang menjadi sebuah kerajaan di bawah pemerintahan Sultan Sulaiman dengan gelar Sulaiman Badrul Alamsyah.

2. Siak serta semua jajahannya di pulau pulau Sumatera dan pulau pulau seperti Pulau Karimun menjadi kekuasaan Kerajaan Siak dengan dipimpin oleh Raja Kecil dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah.

3. Segala peralatan kebesaran seperti senjata dan pusaka dibagi dua.

Setelah mengadakan perundingan untuk mendapatkan kata mufakat maka Raja Kecil dan Tengku Sulaiman tidak akan lagi saling berperang dan merebut kekuasaan. Hidup mereka damai dan membangun Negeri masing-masing serta saling membantu apabila ada serangan dari pihak luar yang mengganggu kedaulatan Negeri Kerajaan Melayu.

Raja kecil kembali ke Siak membangun Negeri Buantan yang terletak di pinggir sungai Siak. Nama Sungai Siak juga dikenal dengan nama Sungai Jantan.

Di pusat kerajaannya Raja Kecil melakukan pembaharuan dalam bidang pemerintahan militer dan perbaikan ekonomi yang telah hancur karena peperangan.

Sultan Sebagai pemegang pucuk pimpinan pemerintah kerajaan didampingi oleh dewan kerajaan yang terdiri dari pembesar kerajaan yang terpilih dan setia kepada Sultan serta negerinya.

Dewan kerajaan berfungsi sebagai penasehat kepala suku dan sebagai pelaksana dalam kegiatan kerajaan. Orang-orang yang diangkat sebagai pembesar kerajaan adalah orang-orang yang memiliki garis keturunan dari pendiri kerajaan.

Sebagai pengawasan di daerah kawasan laut di Selat Malaka diangkat seorang Datuk yang diberi gelar Datuk Laksamana Setai Diraja yang dapat menjabat sebagai Datuk ini diambil dari garis keturunan Datuk Laksamana.

Setelah mengadakan pembaharuan di bidang pemerintahan militer dan dengan membaiknya perekonomian di daerah Siak, Kerajaan Siak sangat disegani di wilayah Selat Malaka yang memiliki armada laut yang kuat.

Istri Raja Kecil yaitu Tengku Kamariyah terserang penyakit dan meninggal. Setelah itu Raja Kecil sering sakit dan mendapat tekanan batin. Pada tahun 1746, Raja Kecil mangkat. Beliau bersemayam di kota Buantan dengan gelar Mahrum Buatan.

Kini kepemilikan lahan dan bangunan struktur cagar budaya yang menjadi bagian dari kawasan cagar budaya pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dimiliki Pemerintah Kabupaten Siak dan lembaga swasta.

Sedangkan pengelolaan cagar budaya yang menjadi bagian kawasan cagar budaya pusat pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Siak Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat dan lembaga swasta. (Bersambung)

Sumber:Dokumen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Kategori:Pendidikan, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/