Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
15 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
14 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
15 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
16 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
Olahraga
14 jam yang lalu
Persis Solo Pantau Fisik Pemain Selama Ramadan
6
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
17 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Effendi Gazali Ungkap Pernah Menolak Keserentakan Pemilu dengan PT 20%

Effendi Gazali Ungkap Pernah Menolak Keserentakan Pemilu dengan PT 20%
Senin, 13 Mei 2019 23:20 WIB
Penulis: Muhammad Dzulfiqar
JAKARTA - Pakar Komunikasi Politik yang juga inisiator Pemilu Serentak, Effendi Gazali mengungkapkan, dirinya pernah menolak jika Pemilu Serentak berlangsung dengan syarat Presidential Threshold 20%.

"Sebetulnya Oktober itu, di seluruh media kita bisa dengar bahwa ketika keluar hasil Undang-Undang Pemilu oleh DPR dan Pemerintah, kita sudah bilang 'itu jangan dilakukan serentak seperti itu'" kata Effendi kepada Wartawan, Senin (13/05/2019).

Meski begitu, Ia tak menampik jika dirinya pernah turut mengajukan gugagatan ke Mahkamah Konstitusi soal Pemilu pada 2013, silam. Kata Effendi, "bahwa saya pernah mengajukan ke mahkamah konstitusi, iya itu fakta,".

Komentar Effendi ini sebagai klarifikasi dari desakan yang muncul agar dirinya turut bertanggungjawab pasca jatuhnya korban massal baik korban tewas maupun sakit, dalam penyelenggaraan Pemilu Serentak 2019.

"Bahkan Buya Syafi'i Ma'arif juga kan mengatakan 'ini juga harusnya yang pernah mengatakan (mendukung Pemilu Serentak, red), menyabut mencabut ucapannya," ujar Effendi mencoba mengulang pernyataan Syafi'i Ma'arif.

Effendi mengaku dirinya pun berempati atas jatuhnya ratusan korban dalam gelaran Pemilu Serentak 2019 dan harus ada penanganan serius soal itu. Dan yang tak kalah penting untuk diungkap, menurut Effendi adalah, pensyaratan threshold 20% untuk Pemilihan Presiden dalam UU Pemilu itu.

"Harusnya ini manggil kami (dan bertanya, red) 'Anda mengajukan Pemilu serentak, kok sekarang jadi malah minta itu ditarik lagi?'" ujar Effendi.

Ia menambahkan, "karena (pandangan kami, red) Pemilu serentak itu presidential threshold-nya harus 0%. Kenapa? Ini, kami itu memikirkannya sejak 6 tahun yang lalu, 2013,".

Dalam analisa komunikas politik, kata Effendi, ketika Pemilu serentak itu dilakukan dengan adanya presidential threshold 20%, kalau dibagi 100% / 20% akan bisa muncul 5 pasang (Capres-Cawapres). "Padahal kita sudah tahu, nanti itu akan dibuat hanya 2 (paslon) saja. Dan terbukti kan, di 2014 dan 2019 lagi, kalau ini (jadinya hanya, red) 2 pasang (Capres-Cawapres),".

Ia menegaskan, "ini seakan-akan membiarkan bangsa terbelah dan diumpankan ke mulut menganga dan perusak. Ada kan yang namanya media sosial,".***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:GoNews Group, Peristiwa, Pemerintahan, Politik, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/