Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
9 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
9 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
9 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
8 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
9 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
6
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
8 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah

Pertama di Dunia, Pesawat Qantas Terbang 19 Jam Nonstop dari New York ke Sydney

Pertama di Dunia, Pesawat Qantas Terbang 19 Jam Nonstop dari New York ke Sydney
Pesawat Qantas. (republika.co.id)
Selasa, 22 Oktober 2019 07:36 WIB
SYDNEY- Pesawat Qantas melakukan penerbangan dari New York, Amerika Serikat ke Sydney, Australia, nonstop (tanpa berhenti) selama 19 jam.

Peristiwa ini membuat maskapai Australia tersebut mencatatkan sejarah baru dalam penerbangan dunia, yakni melakukan penerbangan terjauh pertama di dunia tanpa berhenti.

Dikutip dari republika.co.id, Direktur Eksekutif Qantas Alan Joyce mengatakan, di masa depan para penumpang akan bisa melakukan latihan olahraga di atas pesawat bila nantinya rute New York - Sydney ini mulai diterapkan.

Pesawat Boeing 787 Dreamliner itu mendarat hari Minggu (20/10/2019) pagi dan menjadi pesawat pertama yang terbang tanpa henti dalam penerbangan terjauh di dunia.

Ketika lepas landas dari Bandara John F Kennedy di New York hari Sabtu waktu setempat, lima puluh penumpang dan awak dipasangi alat untuk menguji ketahanan fisik selama penerbangan tersebut.

Penelitian ini nantinya diharapkan bisa digunakan untuk mengurangi kelelahan (jet lag), dan juga membantu para pilot untuk mengatur jadwal kerja dan istirahat mereka selama penerbangan.

Alan Joyce mengatakan ini satu dari tiga penerbangan ujicoba, guna memastikan penerbangan jarak jauh seperti ini aman dan nyaman bagi penumpang dan awak kabin.

''Ini adalah momen bersejarah bagi Qantas, momen yang sangat bersejarah bagi industri penerbangan Australia dan momen bersejarah bagi penerbangan dunia,'' kata Joyce.

''Kami harus menunjukkan bahwa ini bisa dilakukan dengan aman, dilakukan dengan awak pesawat bisa beristirahat dengan baik.''

Joyce yang ikut dalam penerbangan tersebut mengatakan besar kemungkinan akan ada empat kelas dalam penerbangan termasuk satu ruangan khusus bagi penumpang kelas ekonomi untuk latihan olahraga.

''Kami melakukannya dalam penerbangan kemarin, para penumpang menyukainya,'' kata Joyce sambil menambahkan bahwa penerbangan itut tidak terasa seperti perjalanan selama 19 jam.

''Saya merasa segar, merasa enak, dan berbicara dengan seluruh penumpang, yang mengatakan hal yang sama.''

Pengujian kesehatan terhadap penumpang dan awak pesawat dimulai seminggu sebelum penerbangan, termasuk pengecekan level melatonin serta pengecekan aktivitas jaringan otak.

''Pengetesan akan dilakukan selama masa tiga minggu, sehingga akan memeriksa apa yang terjadi sebelum, selama dan dampaknya setelah penerbangan itu,'' kata Kapten Sean Golding dari Qantas.

Golding yang menjadi pilot utama bersama dengan tiga ko-pilot lainya mengatakan penerbangan 16.200 km itu sukses karena mereka berada di udara selama 19 jam 16 menit, dan masih memiliki cadangan bahan bakar selama 70 menit.

Bila semua pengujian mendukung, Qantas berencana memulai penerbangan dari New York - Sydney menggunakan Boeing 787-9 mulai tahun 2022.

Uji penerbangan kedua akan melakukan rute yang sama New York ke Sydney, dan penerbangan ketiga adalah dari London ke Sydney.

Asosiasi Pilot Australia dan Internasional (AIPA) akan membantu menganalisa data dari penerbangan itu dan mengingatkan perlunya berhati-hati sebelum diterapkan pada penerbangan komersial.

Presiden AIPA Mark Sedgwick mengatakan kekhawatiran utama para pilot yaitu apakah mereka bisa beristirahat dengan baik selama penerbangan panjang.

''Qantas mengusulkan beberapa rute terpanjang di dunia. Yang kita perlukan adalah data jangka panjang dengan bukti mengenai dampaknya terhadap awak pesawat, sehingga bisa memastikan betul-betul aman,'' katanya.

Direktur Kadin Sydney Katherine O'Regan menilai rute penerbangan terpanjang ini merupakan terobosan besar bagi dunia bisnis.

''Ini akan membantu hubungan lebih dekat dengan markas besar perusahaan dunia di New York, membangun reputasi Sydney sebagai tempat berbisnis, mengurangi waktu penerbangan selama beberapa jam, dan membuat pelancong menghabiskan lebih banyak waktu di negara ini,'' katanya. ***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/