Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
22 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
2
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
23 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
3
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
21 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
4
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
24 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
5
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
Umum
21 jam yang lalu
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
6
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
22 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks

Guru Honorer Dwi Hariyadi, Merangkap Jadi Tukang Angkut Sampah Agar Bisa Nafkahi Keluarga

Guru Honorer Dwi Hariyadi, Merangkap Jadi Tukang Angkut Sampah Agar Bisa Nafkahi Keluarga
Dwi Haryadi menarik gerobak sampah. (tribunnews)
Selasa, 17 Desember 2019 21:04 WIB
MALANG - Menjadi guru dengan status honorer sudah pasti mendapatkan gaji sangat kecil. Kenyataan hidup yang menyedihkan itu juga dialami Dwi Hariyadi, guru honorer di salah SD negeri di Malang, Jawa Timur.

Dikutip dari tribunnews.com, Selasa (17/12), meski gajinya sebagai guru honor sangat kecil, Dwi tetap setia menekuni profesinya sebagai pengajar. Sebab, menjadi guru memang merupakan cita-citanya sejak kecil. Bahkan Dwi, sudah puluhan tahun mengabdi sebagai honorer.

Untuk menafkahi keluarganya, jelas tidak mungkin bagi Dwi hanya mengadakan gajinya sebagai guru honor. Karena itu, Dwi harus menjalankan pekerjaan lainnya, yakni sebagai pengangkut sampah.

Pria asal Probolinggo itu telah merantau ke Malang sejak tahun 90-an. Ia merupakan alumni salah satu kampus pendidikan di Malang.

Sejak semester 2 kuliahnya, Dwi telah menjadi tukang sampah demi melanjutkan pendidikannya dan memenuhi kebutuhan di rantau.

''Karena jadi tukang sampah ini juga saya bisa sampai lulus kuliah, jadinya saya teruskan sampai sekarang,'' kata Dwi dalam rilis Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Setiap hari selepas mengumpulkan sampah di pemukiman warga dan dibawa ke TPS yang tak jauh dari Velodrom Malang, Dwi bergegas menuju sekolah tempatnya mengajar.

Ia mengaku tak pernah malu dengan pekerjaannya sebagai guru sekaligus sebagai tukang sampah.

Dari pekerjaan sebagai tukang sampah ini, Dwi mengidupi istri dan menyekolahkan ketiga anaknya.

Menurut Dwi menjadi seorang guru merupakan pekerjaan yang sangat mulia. Walau digaji rendah, Dwi tetap bersyukur selama ini ia menganggap menjadi guru adalah tabungan amal untuknya

''Guru dan tukang sampah tidak ada hubungannya, Saya menjadi guru secara professional, dan menjadi tukang sampah sebagai tambahan pendapatan bagi keluarga,'' jelas bapak tiga anak ini.

Dwi mengimbau para guru honorer lainnya terus setia berjuang di bidang pendidikan, meskipun gajinya sangat kecil.

''Tidak ada orang hebat tanpa adanya guru, maka dari itu, bagi guru-guru di luar sana yang masih bergaji rendah tetaplah berjuang di jalan pendidikan,'' pesan guru yang turut menerima bantuan biaya hidup dari program Sahabat Guru Indonesia oleh Global Zakat-ACT ini.***

Editor:hasan b
Sumber:tribunnews.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/