Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
Umum
21 jam yang lalu
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
2
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
Umum
21 jam yang lalu
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
3
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
Umum
21 jam yang lalu
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
4
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
Olahraga
20 jam yang lalu
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
5
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
Umum
21 jam yang lalu
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
6
Zayn Malik Rindu Kejayaan Masa Lalu
Umum
21 jam yang lalu
Zayn Malik Rindu Kejayaan Masa Lalu

Kisah Grace Muten, Gadis Belitung yang Bersyahadat di Jepang, Berhijab dan Shalat Sebelum Mualaf

Kisah Grace Muten, Gadis Belitung yang Bersyahadat di Jepang, Berhijab dan Shalat Sebelum Mualaf
Grace Muten alias Ashalina Safa Malaika. (repubika.co.id)
Kamis, 19 Desember 2019 07:53 WIB
NAMA aslinya Grace Muten, namun setelah mualaf, teman Muslimnya memberinya nama Ashalina Safa Malaika. Ashalina memutusan bersyahadat di Masjid Kobe, Jepang, pada 2016 lalu.

Dikutip dari republika.co.id, Muslimah yang kini konsisten menggunakan cadar ini mengaku berasal dari keluarga yang tidak terlalu taat beragama.

''Asalku dari Sumatera Selatan, Belitung tepatnya. Aku dari keluarga yang tidak terlalu taat agama, meski papaku memiliki kelenteng dan menjadi pemimpin agama di sana,'' tutur dia.

Rumah orangtuanya di Belitung, Bangka Belitung, berhadapan langsung dengan gereja, dan setiap Ahad, pendeta di gereja tersebut sering mengajak dia, kakak dan adiknya untuk main di gereja. 

Hingga sekolah dasar, tiga bersaudara tersebut memeluk Kristen, sedangkan kedua orangtuanya tetap menganut Konghuchu yang saat itu masih tergabung dalam Buddha.

Sejak TK hingga SMP, Asha bersekolah di sekolah negeri dengan mayoritas siswa beragama Islam. Namun dia tidak merasa dibeda-bedakan.  

Karena mayoritas Muslim, Asha pun sering melihat teman-temannya shalat, mengaji dan ikut mendengarkan ceramah. ''Aku juga sering dengar ceramah setiap Ramadhan dan ikutan puasa juga, ikutan ngabuburit juga naik motor,'' jelas dia.  

Ketika ke sekolah juga dia sering mengenakan rok panjang meski tidak diwajibkan karena non-Muslim. Meski begitu dia tidak lupa untuk ke gereja setiap Sabtu ada ada acara tahunan.  

''Aku tertarik dengan Islam sejak SMP, tetapi aku belum berani mencari tahu agama Islam karena mami dan papi selalu bilang kalu kita chinese dan chinese nggak ada yang masuk Islam,'' ujar dia.  

Asha yang kini berusia 24 tahun mengenang pertama kali dirinya memutuskan mengucapkan syahadat. Menginjak 10 hari terakhir Ramadhan, Ramadhan 2016 dia kembali berpuasa, karena terakhir kali berpuasa saat SMP.  

Dia sering menginap di rumah teman yang tinggal di Kobe, Jepang, untuk sahur dan berbuka bersama. Karena di Osaka dia tidak memiliki teman Muslim yang dekat.

Asha juga sering bertemu teman di masjid dan KBRI untuk mencari takjil. Dia pun harus menempuh perjalanan selama 1,5 jam menggunakan kereta.  

Pergaulannya yang lebih sering bersama Muslim, membuatnya memantapkan diri untuk konsisten mengenakan jilbab, meski belum memeluk Islam. 

Dia pun mendapat hadiah kerudung dari temannya. Tidak mudah untuk konsisten berpuasa, mulai sahur, berbuka dan tarawih. ''Aku merasa lelah karena pukul 03.00 harus bangun sahur, iftar pukul 19.00, tarawih pukul 20.00 kemudian pulang pukul 22.00 dari Kobe ke Osaka, sampai rumah pukul 01.00 tetapi tidak bisa tidur karena harus bersiap dua jam setelahnya untuk sahur kembali,'' tutur dia. 

Namun hal itu tidak mematahkan semangatnya untuk tetap mempelajari aturan Islam dalam beribadah. Dia juga mulai belajar wudhu dan shalat dengan benar, karena selama ini shalat yang dilakukannya hanya mencontoh jamaah lain di kanan kirinya.  

Tiba saatnya, keyakinan itu datang, Asha memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat. Setelah beberapa kali dia sering mendengar komentar teman-temannya yang menyayangkan dirinya belum juga bersyahadat meski telah menjalankan syariat Islam.

Asha tahu benar dia tidak mendapatkan pahala apapun meski telah menjalankan berbagai macam ibadah Islam sebelum dia bersyahadat. 

Pagi itu Juni 2016, Asha memutuskan pergi ke Masjid Kobe bersama teman-temannya, Tya, Yui dan Halimah. Di hadapan Imam Masjid Kobe dan disaksikan teman- temannya dia mengucapkan dua kalimat syahadat. "Semua menangis bahagia dan memelukku usai aku bersyahadat,"jelas dia.  

Asha mengaku Islam memiliki kejelasan berbagai hal. Karena setiap ajaran dan ibadah yang harus dilakukan semua memiliki dalil dan dasar yang jelas. Aturan yang dimiliki Islam pun jelas dengan alasan yang Allah jelaskan dalam Alquran dan hadis.***

Editor:hasan b
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77